Ppmi mesir – Beberapa tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku mendapat perintah untuk menembaki warga Palestina di Gaza. Mereka menembaki warga yang sedang mengantre bantuan makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Pengakuan ini dimuat dalam laporan investigatif Haaretz, Jumat (27/6/2025), berdasarkan wawancara dengan sejumlah tentara aktif.
“Baca Juga: Robot Canggih Polri Tampil di Puncak Hari Bhayangkara 79“
Sejak distribusi bantuan melalui GHF dimulai sebulan lalu, tercatat 549 warga Palestina tewas. Sebanyak 4.066 orang lainnya mengalami luka saat menunggu bantuan. Seorang tentara mengaku menggunakan senapan mesin dan granat dari tank untuk membubarkan kerumunan warga.
“Kami melepaskan tembakan ke arah warga yang berjalan dalam kabut,” ucap seorang tentara kepada Haaretz. Dalam satu lokasi penugasan, tentara tersebut menyebut satu hingga lima warga tewas setiap hari. “Tempat itu seperti medan pembantaian,” lanjutnya.
Bantuan GHF Didukung AS dan Israel, Tapi Tuai Kritik
GHF merupakan metode distribusi bantuan yang didukung oleh pemerintah Israel dan Amerika Serikat. Namun, banyak pihak mengkritik pendekatan ini karena dianggap tidak manusiawi dan berisiko tinggi terhadap keselamatan warga sipil.
Penggunaan kekerasan terhadap massa yang sedang kelaparan dianggap sebagai bentuk penindasan sistematis. Nir Hasson, jurnalis Haaretz, menyebut tindakan ini sebagai bentuk “pengendalian kerumunan dengan senjata”.
“Jika Israel ingin massa lari dari suatu tempat, mereka menembaknya, meski tahu mereka tidak bersenjata,” ujar Hasson. Ia menduga perintah datang dari komandan tinggi meski belum diketahui namanya secara pasti.
IDF dan Netanyahu Membantah Keras Tuduhan
IDF segera membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan. Mereka menyebut laporan itu tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan.
“Setiap dugaan pelanggaran akan diperiksa secara menyeluruh,” tulis IDF dalam pernyataan resminya. IDF juga menegaskan bahwa perintah kepada tentara sangat jelas, yakni menghindari melukai warga sipil.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turut angkat bicara. Ia menyebut laporan Haaretz sebagai “fitnah berdarah terhadap IDF”. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mendukung pernyataan Netanyahu dan menegaskan bahwa tentara hanya melawan kelompok teroris.
“IDF bekerja dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka berhadapan dengan musuh yang bersembunyi di antara warga sipil,” ujar Netanyahu.
“Baca Juga: Takahiro Shiraishi “Twitter Killer” Dijatuhi Hukuman Mati“
Dugaan Kejahatan Perang Akan Diselidiki
Advokat Jenderal Militer Israel telah melaporkan kasus ini kepada Staf Umum. Mereka menyerahkan dugaan pelanggaran tersebut ke Mekanisme Penilaian Pencari Fakta Angkatan Darat IDF.
Investigasi akan difokuskan pada kejadian di lokasi bantuan, termasuk potensi pelanggaran hukum perang. Haaretz menegaskan bahwa laporan ini merupakan hasil investigasi jurnalis di lapangan yang mewawancarai sejumlah tentara secara langsung.
Mereka juga menyoroti bagaimana metode kekerasan digunakan untuk mengontrol warga yang hanya ingin memperoleh makanan. Dalam situasi darurat kemanusiaan, praktik ini menimbulkan kecaman global dan memperburuk citra Israel di mata dunia.