Ppmi mesir – Greta Thunberg, aktivis iklim asal Swedia, dideportasi dari Israel pada Selasa (10/6/2025). Ia menumpangi kapal bantuan Madleen yang hendak menuju Gaza. Kapal tersebut merupakan bagian dari aksi memprotes blokade laut Israel terhadap wilayah Gaza.
“Baca Juga: Kebakaran Vihara di Cilincing, 13 Mobil Damkar Dikerahkan“
Kapal pesiar Madleen berangkat dari Sisilia, Italia, pada 1 Mei 2025. Kapal itu mengangkut relawan dari berbagai negara yang ingin membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Berbendera Inggris ini menjadi sorotan setelah militer Israel menyitanya di laut.
Israel Sita Kapal dan Bawa ke Pantai
Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi penyitaan kapal Madleen pada Senin (9/6/2025). Pasukan Israel membawa kapal tersebut ke wilayah pantai setelah memeriksa kondisi penumpang.
Pemeriksaan medis dilakukan untuk memastikan kesehatan semua penumpang. Greta Thunberg menjadi salah satu dari belasan orang yang berada di dalam kapal. Ia termasuk dalam kelompok aktivis yang mendukung hak-hak rakyat Palestina.
Thunberg dan Tiga Aktivis Setuju Dideportasi
Organisasi hukum Adalah mewakili 12 penumpang kapal Madleen. Mereka menyebut Thunberg dan tiga orang lainnya bersedia dideportasi. Dua di antaranya adalah aktivis, satu lainnya seorang jurnalis. Mereka tidak melawan proses deportasi dan bersedia meninggalkan Israel secara sukarela.
Kementerian Luar Negeri Israel kemudian menerbangkan Thunberg ke Swedia melalui Prancis. Mereka mengunggah foto Thunberg di pesawat sebagai bukti deportasi.
Aktivis yang Menolak Dideportasi Ditahan
Tidak semua aktivis menerima deportasi. Sejumlah penumpang menolak meninggalkan Israel secara sukarela. Militer Israel kemudian menahan mereka. Menurut Adalah, para aktivis ini akan segera menjalani proses pengadilan di Israel.
Kelompok Freedom Flotilla Coalition (FFC), yang mengoperasikan kapal Madleen, mengecam penahanan tersebut. Mereka menyatakan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.
Tuntutan Pembebasan dan Pengembalian Bantuan
Freedom Flotilla Coalition menuntut pembebasan seluruh relawan yang ditahan. Mereka juga menuntut agar bantuan kemanusiaan yang disita dikembalikan.
Menurut FFC, para relawan yang menolak deportasi akan dipindahkan ke fasilitas penahanan di Ramleh. Pemindahan dilakukan pada dini hari, sekitar pukul 1 waktu setempat.
Mereka menyebut tindakan militer Israel sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Penahanan tersebut dianggap tidak sah dan tidak menghormati hukum internasional.
“Baca Juga: Kebakaran Vihara di Cilincing, 13 Mobil Damkar Dikerahkan“
Aksi Solidaritas untuk Gaza Terus Berlanjut
Greta Thunberg dikenal sebagai aktivis lingkungan yang vokal. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia juga aktif menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Keikutsertaannya dalam misi kapal bantuan ini mempertegas posisi politiknya terhadap konflik Israel-Palestina.
Meski dideportasi, Thunberg belum menyampaikan komentar langsung. Namun, kelompok pendukungnya di berbagai negara mengecam perlakuan Israel terhadap relawan.
Aksi serupa kemungkinan akan terus terjadi. Banyak aktivis tetap berkomitmen menyalurkan bantuan ke Gaza. Mereka menyatakan tidak takut dengan tindakan penyitaan atau penahanan dari militer Israel.