Ppmi mesir – Pada Jumat pagi, 23 Mei 2025, dokter Alaa al-Najjar berangkat bekerja ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Kompleks Medis Nasser, Gaza selatan. Ia meninggalkan sepuluh anaknya di rumah bersama sang suami.
“Baca Juga: Pasutri Tabrak Truk di Surabaya, Satu Orang Tewas“
Beberapa jam setelah bertugas, rumahnya dihantam serangan udara Israel. Tujuh jenazah anaknya tiba di rumah sakit tempat ia bekerja. Anak tertua berusia 12 tahun, sedangkan yang termuda berusia 3 tahun.
Tujuh Anak Tewas, Dua Masih Tertimbun Puing
Ketujuh anak korban tewas akibat luka bakar hebat. Dua anak lainnya belum ditemukan karena masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Dokter Najjar hanya menyisakan satu anak yang selamat, Adam, yang kini berusia 11 tahun. Suaminya juga selamat dari serangan, namun mengalami luka serius dan dirawat intensif.
Rumah Keluarga Najjar Jadi Sasaran Serangan Udara
Kementerian Kesehatan dan Pertahanan Sipil Palestina menyatakan rumah keluarga dokter Najjar berada di lingkungan Khan Younis, Gaza selatan. Serangan udara Israel menghantam rumah itu secara langsung.
Rekaman video menunjukkan petugas medis mengangkat jenazah anak-anak dari puing-puing. Api melahap sebagian rumah dan para responden berusaha memadamkannya di tengah kepanikan.
Kementerian Kesehatan Gaza Sebut Ini Pembantaian
Munir al-Barsh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan bahwa sembilan anak dokter Najjar tewas. Ia menyebut nama-nama korban: Yahya, Rakan, Raslan, Gebran, Eve, Rival, Sayden, Luqman, dan Sidra.
Ia juga menyebut bahwa suami dokter Najjar dalam kondisi kritis dan dirawat intensif. Barsh menyebut serangan ini sebagai bentuk pembantaian terhadap keluarga tenaga medis.
“Ini bukti bahwa di Gaza, bukan hanya fasilitas medis yang diserang. Seluruh keluarga juga menjadi target agresi,” ucap Barsh.
Dokter Najjar Tetap Bertugas di Tengah Duka
Ahmad al-Farra, rekan sejawat Najjar di RS Nasser, mengungkap bahwa Najjar tetap menjalankan tugas meski dilanda kehilangan mendalam. Ia masih sempat memeriksa kondisi suami dan anak semata wayangnya.
Youssef Abu al-Reesh, pejabat senior Kementerian Kesehatan, juga menyaksikan ketegaran Najjar. Ia menyebut Najjar tetap tenang dan sabar, hanya terdengar gumaman takbir dan istighfar darinya.
“Dia tinggalkan anak-anaknya demi menolong anak-anak lain yang terluka. Rumah sakit adalah satu-satunya tempat aman bagi warga Gaza,” ujar Reesh.
“Baca Juga: Gaza Krisis Pangan, 15 Truk Bantuan Dijarah Warga“
Kesimpulan:
Dokter Alaa al-Najjar menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi tragedi pribadi yang mengiris hati. Meski kehilangan sembilan anak sekaligus, ia tetap menjalankan tugas kemanusiaannya di tengah konflik Gaza. Cerita ini menjadi simbol keteguhan hati dan dedikasi tenaga medis di zona perang.