Ppmi mesir – Di era digital yang serba canggih ini, game tidak hanya menjadi bentuk hiburan yang sangat populer, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai media promosi budaya. Perkembangan teknologi telah membuka peluang baru bagi industri game untuk menyampaikan pesan budaya secara kreatif dan interaktif. Menurut Shafiq Husein, Founder dan CEO Gambir Studio, game bisa menjadi medium yang efektif untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya tanpa harus terasa membosankan.
“Mempromosikan budaya itu tidak harus lewat sesuatu yang membosankan. Kita bisa memasukkannya dalam game,” ungkap Shafiq dalam sesi bincang-bincang online.
“Baca juga: Game Selera Nusantara, Memperkenalkan Pecel Lele ke Dunia”
Namun, meskipun potensi di Era Digital ini, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi ketika mengintegrasikan unsur budaya ke dalam sebuah game. Hal ini karena setiap wilayah di dunia memiliki budaya yang unik, dan terkadang apa yang dianggap menarik atau relevan di satu tempat mungkin tidak berlaku di tempat lain.
Tantangan dalam Integrasi Budaya
Salah satu tantangan utama dalam mempromosikan budaya melalui game adalah memastikan bahwa elemen budaya yang dimasukkan tidak hanya sekadar simbol, tetapi juga disajikan dengan cara yang menarik dan relevan bagi audiens global. Ketika budaya lokal dimasukkan secara sembarangan, ada risiko bahwa gamer dari budaya lain mungkin tidak akan merespons dengan antusias atau bahkan mengabaikan elemen tersebut sama sekali.
“Alih-alih mempromosikan budaya, malah gamer tidak peduli sama sekali. Jadi perlu jurus jitu untuk tetap memasukkan unsur budaya namun dapat mencuri perhatian pemain,” kata Shafiq.
Pendekatan yang Efektif dalam Memasukkan Unsur Budaya
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Shafiq dan tim di Gambir Studio mengembangkan strategi untuk memasukkan unsur budaya secara halus namun efektif. Ini dilakukan dengan menyematkan elemen budaya dalam game tanpa membuatnya terasa dipaksakan. Sebagai contoh, dalam proyek mereka yang terbaru, Knight Vs Giant, Gambir Studio berhasil menggabungkan unsur budaya lokal dengan cerita legendaris dari Inggris.
“Kalau kita bungkus dengan menarik sebenarnya orang tetap bisa menikmati kendati mereka tidak relate,” tambah Shafiq.
“Simak juga: AFK Journey The Open-World RPG You’ve Been Waiting For is Here”
Studi Kasus: Knight Vs Giant
Dalam game Knight Vs Giant yang dikembangkan untuk konsol, cerita berfokus pada Raja Arthur. Yang harus membangun kembali kerajaannya, Camelot, setelah dihancurkan oleh raksasa misterius. Meskipun cerita tersebut terinspirasi dari legenda Inggris, Gambir Studio dengan cerdik menyisipkan elemen budaya Indonesia ke dalam permainan tersebut.
“Kami pakai gamelan, lalu monsternya pakai referensi Buto Ijo. Terus beberapa kostum pakai baju-baju daerah Indonesia,” jelas Shafiq. Pendekatan ini tidak hanya menambahkan keunikan pada game. Tetapi juga memperkenalkan elemen budaya Indonesia kepada audiens yang lebih luas tanpa mengubah inti dari cerita.
Pentingnya Memasukkan Unsur Budaya dalam Game
Shafiq menekankan bahwa memasukkan unsur budaya dalam game adalah bagian penting dari tanggung jawab sebagai pembuat game. Ini bukan hanya tentang memberikan nilai tambah pada produk. Tetapi juga tentang memperkenalkan dan merayakan keragaman budaya kepada pemain di seluruh dunia.
“Namun sangat penting memasukkan unsur budaya dalam game. Karena sudah tugas kita sebagai warga negara untuk memperkenalkan itu,” tandas Shafiq.
Dengan pendekatan yang cermat dan kreatif, game bisa menjadi jembatan yang menghubungkan budaya. Yang berbeda dan memungkinkan audiens global untuk mengapresiasi kekayaan budaya yang ada di berbagai belahan dunia.